Senin, 18 November 2013

Dasar-dasar Penangkapan "Kelompok 1"



MAKALAH

Alat Tangkap “BAGAN RAMBO”



NURFADILLAH
EPILDUS I. SARGI
FRANSISKO K. NUWA
DESI RETNO ULANSARI
ANDI ARIS MUNANDAR
ENGGAR RYANY SAPUTRI



SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN
BALIK DIWA MAKASSAR
2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TYME atas segala berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang Alat Tangkap Bagan Rambo sebagai alat tangkap yang masih bersifat tradisional dan digunakan oleh para nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan..
            Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada insan – insan yang telah membantu kami selama pengerjaan makalah ini berlangsung baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini belumlah begitu sempurna, untuk itu kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian yang sifatnya membangun ( konstruktif ) demi tugas – tugas kami selanjutnya.
            Akhir kata kami mengucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.


Makassar, 19 Oktober  2013

Penulis
Kelompok 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia. Luas perairan yang mencapai 5,8 juta km2 yang terbagi atas perairan teritorial 0,3 juta km2, perairan nusantara 2,8 juta km2 dan zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 2,7 juta km2. Dari data yang diperoleh, pemanfaatan potensi sumber daya perikanan di wilyah Indonesia baru mencapai setengah dari potensi lestari yang dimiliki. Berdasarkan hasil evaluasi, potensi lestari sumber daya perikanan mencapai kurang lebih 4,5 juta ton/tahun dan potensi ZEE sebesar 2,1 juta ton/tahun (Dahuri, 2000).
Walaupun dengan wilayah perairan yang luas potensi dan sumber daya hayati yang terkandung didalamnya masih belum dimanfaatkan secara optimal. Sumber daya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumber daya alam yang memberikan andil sebagai penghasil devisa negara. Mengingat perikanan Indonesia terdiri dari beberapa jenis dan beragam (multi-species), maka pengembangan yang mengacu pada peningkatan produksi (perikanan tangkap) mempunyai peluang yang sangat besar untuk dikembangkan.
Sebagian besar masyarakat pesisir, menjadikan perikanan sebagai tulang punggung (back tone) dari pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir dan sumber penghasilan masyarakat serta sebagai aset bangsa yang penting. Oleh karena itu, ketersediaan dan keseimbangan (sustainability) dari sumberdaya alam ini menjadi sangat krusial bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan akan sangat targantung dari pengelolaan yang baik setiap stakeholder yakni masyarakat dan pemerintah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nelayan antara lain dengan meningkatkan produksi hasil tangkapannya. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi tersebut adalah dengan mengusahakan unit penangkapan yang produktif, yakni yang tinggi dalam jumlah dan nilai hasil tangkapannya. Selain itu, unit penangkapan tersebut haruslah bersifat ekonomis, efisien dan menggunakan teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat serta tidak merusak kelestarian sumberdaya perikanan.
Berhasil tidaknya suatu alat tangkap dalam operasi penangkapan sangatlah bergantung pada bagaimana mendapatkan daerah penangkapan yang baik, potensi perikanan yang ada dan bagaiman operasi penangkapan dilakukan. Beberapa cara dilakukan dalam upaya penangkapan diantaranya dengan menggunakan alat bantu penangkapan. Macam-macam alat bantu penangkapan yang umum digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Indonesia diantaranya dengan menggunakan rumpon dan cahaya lampu.    
Salah satu bentuk teknologi penangkapan ikan yang dianggap sukses dan berkembang dengan pesat pada industri penangkapan ikan sampai saat ini adalah penggunaan alat bantu cahaya untuk menarik perhatian ikan dalam proses penangkapan (Nikonorov, 1975; Arimoto, 1999; Baskoro, 2001; Baskoro dan Suherman, 2007).
Bagan merupakan salah satu alat tangkap yang menggunakan alat bantu cahaya. Menurut Brandt (1984), bagan diklasifikasikan kedalam lift net atau jaring angkat yang dalam pengoperasiannya menggunakan aktraktor cahaya lampu sehingga ikan yang menjadi tujuan penangkapannya adalah ikan yang berfototaksis positif.
1.2 Rumusan Masalah
*      Apa itu bagan rambo
*      Konstruksi bagan rambo
*      Komponen – komponen bagan rambo
*      Cara pengoperasian bagan Rrambo
*      Daerah operasional
*      Hasil tangkapan

1.3 Tujuan
*      Untuk mengetahui apa itu alat tangkap bagan Rambo
*      Untuk mengetahui komponen – komponen yang ada pada alat tangkap bagan Rambo
*      Untuk mengetahui cara pengoperasian alat tangkap bagan Rambo
*      Untuk mengetahui daerah operasional alat tangkap bagan Rambo
*      Untuk mengetahui hasil tangkapan dan jenis tangkapan alat tangkap bagan Rambo









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Bagan merupakan salah satu alat tangkap jaring angkat (lift net) yang menggunakan alat bantu cahaya (light fishing). Alat tangkap bagan dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe yaitu bagan tancap dan bagan apung. Bagan tancap sifatnya menetap sedangkan bagan apung dapat berpindah dari satu fishing ground ke fishing ground lainnya. Alat tangkap bagan perahu (bagan Rambo) merupakan modifikasi dari bagan yang ada di Indonesia, seperti bagan tancap, bagan motor dan bagan apung.
Bagan rambo merupakan bagan apung dengan mobilitas tinggi, dapat dioperasikan mulai dari pantai sampai jauh dari pantai. Bagan rambo merupakan perkembangan yang paling mutakhir dari alat tangkap bagan apung yang ada di Indonesia saat ini. Berbeda halnya dengan dengan bagan apung lainnya, karena ukurannya yang sangat besar sehingga sering pula disebut dengan bagan raksasa (Sudirman, 2003).
Bagan rambo memiliki ukuran yang lebih besar dan konstruksinya tampak lebih kokoh serta jumlah lampu yang digunakan lebih banyak (di atas 30 unit lampu). Satu unit bagan rambo terdiri atas beberapa komponen utama yang saling terkait satu sama lain. Komponen tersebut adalah : perahu, rangka, waring, bingkai jaring, roller, generator set (genset), lampu mercuri, dan rumah bagan. 
Bagan perahu (bagan Rambo) merupakan alat tangkap yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan yang diperkenalkan oleh nelayan-nelayan di Gorontalo.  Komponen bagan perahu di Gorontalo sama dengan bagan pada umumnya yang terdiri dari jaring bagan, perahu dan rumah bagan.  Bagan perahu di Gorontalo saat ini masih berskala tradisional, hal ini dilihat dari ukuran yang relatif kecil, pengoperasian masih dilakukan secara manual, alat bantu pengumpul ikan berupa lampu petromak.  Dipelataran bagan terdapat alat penggulung (roller) yang berfungsi untuk mengangkat jaring bagan pada saat dioperasikan dengan menggunakan tenaga manusia untuk memutar  (roller).

http://dkp.kutaikartanegarakab.go.id/foto_berita/bagan%20perahu.png
Gambar. 1 Bagan Rambo


2.2 Komponen – Komponen Alat tangkap Bagan Rambo
(a) Perahu
Satu unit bagan rambo terdiri atas dua perahu, yaitu perahu utama (main boat) dan perahu pengantar. Perahu utama berfungsi sebagai penyangga bangunan bagan dan tempat semua proses penangkapan dilaksanakan. Perahu utama berbentuk pipih memanjang dengan dimensi L x B x D 27 m x 2,5 m x 3,1 m dimana bentuk haluan dan buritan sama. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu bayang (Intsia bijuga) dan kayu meranti (Shorea spp). Perahu ini dilengkapi dengan jangkar beton dengan ukuran panjang 2 m dan berat kurang lebih 250 kg. Perahu ini tidak dilengkapi dengan mesin penggerak. Perahu pengantar merupakan perahu penarik (towing boat) yang berfungsi menarik bagan dari fishing base ke fishing ground atau dari fishing ground yang satu ke fishing ground lainnya dan kembali ke fishing base. Perahu pengantar ini juga digunakan sebagai pengangkut hasil tangkapan, mengantar jemput nelayan, dan membawa bahan dan perlengkapan kebutuhan operasional bagan rambo dari fishing base ke fishing ground dan sebaliknya. Perahu ini berbentuk memanjang dengan dimensi L x B x D 22 m x 2 m x 1,2 m. Jenis mesin yang digunakan adalah mesin darat (truck) merk Mitsubishi Fuso 6 selinder berbahan bakar solar.

(b) Rangka bagan
Rangka bagan rambo dirangkai pada sisi kiri dan kanan kapal utama. Ukuran rangka bagan rambo yang digunakan 30 x 30 meter. Fungsi rangka pada bagan rambo adalah : tempat menggantung jaring, menjaga keseimbangan perahu, tempat untuk melakukan setting dan hauling, tempat menggantungkan lampu, tempat dudukan roller, dan kegiatan lainnya (perbaikan jaring, sortir hasil tangkapan, memancing). Rangka bagan rambo ditahan dengan 2 buah tiang terbuat dari kayu jati (Tectona grandis) yang dipasang pada bagian tengah perahu utama. Tiang ini berbentuk bulat dengan panjang 14 meter dan berdiameter 30 cm tempat mengikat kawat baja sebagai penyangga rangka bagan. Jumlah kawat baja yang digunakan 286 buah diameter 6 mm dengan panjang setiap kawat baja berkisar 7 -15 m, bergantung pada jarak tiang dengan rangka bagan. Pemasangan kawat baja diusahakan menyebar agar kedudukan rangka bagan lebih kuat, rata, dan stabil.

(c) Lampu
Jenis lampu yang digunakan bagan rambo adalah lampu mercury. Jumlah watt dan warna lampu bagan rambo yang digunakan adalah lampu 250 dan 500 watt dengan menggunakan lampu berwarna. Dua buah warna kuning 500 watt lampu di pasang setinggi 6 m dan 2 buah lampu warna putih 500 watt dipasang setinggi 3 m pada tiang kapal menghadap ke depan dan ke belakang.  Setiap sisi kapal dipasang 4 buah lampu, 1 lampu warna kuning 500 watt, 1 buah lampu berwarna putih 500 watt dan 2 buah lampu warna putih 250 watt. Lampu bagian luar ini berfungsi menarik kawanan ikan pada jarak yang19jauh. Tiga puluh delapan buah lampu warna putih 250 watt dan dua lampu fokus berkekuatan 500 watt ditempatkan di bawah rangka bagan yang dapat diredupkan dan berfungsi mengkonsentrasikan ikan di catchable area. Setiap bola lampu dilengkapi dengan reflektor terbuat dari wajan (aluminium) dengan diameter 30 cm, kecuali lampu fokus ditempatkan dalam wadah berbentuk silender agar cahaya lampu terfokus pada perairan. Total jumlah lampu yang digunakan pada bagan rambo ini adalah 60 buah dengan menggunakan kekuatan 18 kW.

(d) Rumah bagan
Rumah bagan pada bagan rambo di tempatkan di atas perahu utama dan berbentuk 4 persegi panjang dengan ukuran panjang 7 m, lebar 3,75 m dan tinggi2,75 m. Rumah bagan ini berfungsi sebagai tempat istirahat, tempat panel lampu dan saklar, genset, dan peralatan lainnya.

 (e) Roller
Berdasarkan fungsinya, maka roller atau pemutar pada bagan rambo terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu : (1) Roller untuk bingkai jaring, berfungsi untuk menurunkan atau menarik bingkai jaring pada saat setting dan hauling. Roller ini dipasang melintang pada sisi kiri dan kanan bagian tengah rangka bagan, tingginya 1 m.Panjang tali roller ini antara 25 . 45 meter. Ukuran diameter tali roller 1 cm terbuat dari bahan polyethylen (PE). Sepanjang roller dibuat handle pemutar (tangkai untuk memutar roller) masing-masing 3 buah denganpanjang 1,3 meter dan diameter 10 cm berjumlah 4 buah. (2) 3AES Roller ditempatkan pada bagian depan perahu utama,
panjangnya 3,5 m, tinggi 1 m, dan diameter 25 cm. Pada roller ini dibuat handle pemutar (tangkai untuk memutar roller) sebanyak 2 buah pada masing-masing sisi luar yang panjang pemegangnya 1,5 m diameter 4 cm berjumlah 4 buah. Pada roller ini disiapkan tali jangkar dengan panjang 350 meter dengan diameter 3,5 cm terbuat dari bahan polyethylen (PE). (3) Roller pemberat, berfungsi untuk menarik dan menurunkan batu arus. Batu arus ini beratnya 35 kg berfungsi untuk menahan bingkai jaring pada saat arus kencang sehingga bingkai jaring tetap berada di bawah rangka bagan. Roller pemberat berjumlah 4 buah, 2 buah di depan dan 2 buah dibelakang. Tinggi roller 50 cm, diameter 12 cm, dan panjang 70 cm. Tali yang digunakan pada roller ini terbuat dari polyethylen (PE) berdiameter 1cm dengan panjang 50 m.
 
(f) Bingkai jaring dan jaring
Bingkai jaring berbentuk segi empat terbuat dari kayu jati (Tectona grandis) dengan panjang 7 - 8 m dengan diameter 7 cm. Kayu ini disambung satu dengan yang lain sesuai dengan panjang dan lebar mulut jaring dan rangka bagan. Bingkai jaring berfungsi sebagai tempat mengikat jaring, pemberat, dan tali penggantung yang dihubungkan dengan roller jaring. Pada setiap sudut bingkai jaring diikatkan batu, demikian juga sisi bingkai jaring diikatkan 3 buah batu yang beratnya 17 - 20 kg. Jaring pada bagan rambo berbentuk seperti kelambu terbalik dan terbuat dari bahan waring hitam (polypropylene). Bagian tepi jaring dipasang tali ris berdiameter 6 mm terbuat dari bahan polyethylen (PE) sebagai penguat pinggiran jaring. Jaring diikatkan pada bingkai jaring dengan ukuran panjang, lebar dan dalam masing-masing 30 x 30 x 17 m. Satu unit bagan rambo, luas jaring yang digunakan berkisar antara 3500 - 4000 m2.

(g) Generator set (genset)
Sumber tenaga untuk menyalakan lampu pada bagan rambo menggunakan genset yang dipasang dalam lambung kapal. Kapasitas daya genset yang digunakan 20 KVA. Genset ini digerakkan dengan mesin merek Yanmar TF 300, dengan daya kerja maksimum 2400 rpm 30 pk.

(h) Alat bantu lainnya
Peralatan lain yang ada pada bagan rambo adalah alat bantu dalam memperlancar operasional antara lain radio komunikasi, keranjang, peti, dan serok. Radio komunikasi digunakan berkomunikasi antara juragan laut dan juragan darat (punggawa laut dan punggawa darat), sesama nelayan untuk mengetahui fishing ground, harga ikan, dan hasil tangkapan. Keranjang berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan setelah disortir. Setiap bagan rambo mempunyai minimal 30 buah keranjang. Peti merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan sebelum dibawa ke darat. Peti ini mempunyai ukuran panjang 78 cm, lebar 46 cm dan tinggi 50 cm. Selain alat tersebut di atas, alat lain adalah serok yang berfungsi mengangkat hasil tangkapan dari jaring ke atas perahu. Serok ini mempunyai ukuran panjang 3,5 meter dengan diameter bukaan mulut 50 cm, dan tinggi jaring 60 cm dengan mesh size 0,5 cm terbuat dari bahan poliethylen.

2.3 Metode Pengoperasian Alat
Tahapan - tahapan metode pengoperasian bagan perahu adalah sebagai berikut (Iskandar 2001 diacu dalam Takril 2005).
a.    Persiapan menuju fishing ground, biasanya terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan persiapan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan dalam pengoperasian bagan perahu. Pemeriksaan dan perbaikan terutama dilakukan terhadap lampu dan mesin kapal. Persiapan lain yang dianggap penting adalah kebutuhan perbekalan operasi penangkapan seperti air tawar, solar, minyak tanah, garam dan bahan makanan.
b.    Pengumpulan ikan, ketika tiba di lokasi fishing ground dan hari menjelang malam, maka lampu dinyalakan dan jaring biasanya tidak langsung diturunkan hingga tiba saatnya ikan terlihat berkumpul di lokasi bagan atau ingin masuk ke dalam area cahaya lampu. Namun tidak menutup kemungkinan ada pula sebagian nelayan yang langsung menurunkan jaring setelah lampu dinyalakan.
c.    Setting, setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul di lokasi penangkapan, maka jaring diturunkan ke perairan. Jaring biasanya diturunkan secara perlahan-lahan dengan memutar roller. Penurunan jaring beserta tali penggantung dilakukan hingga jaring mencapai kedalaman yang diinginkan. Proses setting ini berlangsung tidak membutuhkan waktu yang begitu lama. Banyaknya setting tergantung pada keadaan cuaca dan situasi hasil tangkapan, serta kondisi perairan pada saat operasi penangkapan.
d.    Perendaman jaring (soaking), selama jaring berada di dalam air, nelayan melakukan pengamatan terhadap keberadaan ikan di sekitar kapal untuk memperkirakan kapan jaring akan diangkat. Lama jaring berada di dalam perairan (perendaman jaring) bukan bersifat ketetapan, karena nelayan tidak pernah menentukan dan menghitung lamanya jaring di dalam perairan dan kapan jaring akan diangkat namun hanya berdasarkan penglihatan dan pengamatan adanya ikan yang berkumpul di bawah cahaya lampu.
e.    Pengangkatan jaring (lifting), lifting dilakukan setelah kawanan ikan terlihat berkumpul di lokasi penangkapan. Kegiatan lifting ini diawali dengan pemadaman lampu secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap terkosentrasi pada bagian perahu di sekitar lampu yang masih menyala. Ketika ikan sudah berkumpul di tengah-tengah jaring, jaring tersebut mulai ditarik ke permukaan hingga akhirnya ikan akan tertangkap oleh jaring.
f.     Brailing, setelah bingkai jaring naik ke atas permukaan air, maka tali penggantung pada ujung dan bagian tengah rangka dilepas dan dibawa ke satu sisi kapal, tali kemudian dilewatkan pada bagian bawah kapal beserta jaringnya. Tali pemberat ditarik ke atas agar mempermudah penarikan jaring dan lampu dihidupkan lagi. Jaring kemudian ditarik sedikit demi sedikit dari salah satu sisi kapal ke atas kapal. Hasil tangkapan yang telah terkumpul diangkat ke atas dek kapal dengan menggunakan serok (Subani 1972 diacu dalam Takril 2005).
g.    Penyortiran ikan, setelah diangkat di atas dek kapal, dilakukan penyortiran ikan. Penyortiran ini biasanya dilakukan berdasarkan jenis ikan tangkapan, ukuran dan lain-lain. Ikan yang telah disortir langsung dimasukkan ke dalam wadah atau peti untuk memudahkan pengangkutan.

2.4 Daerah Pengoperasian
Pada umumnya daerah pengoperasian alat tangkap bagan perahu adalah perairan yang subur, selalu tenang, tidak banyak dipengaruhi oleh adanya gelombang besar, angin kencang dan arus yang kuat. Perairan yang dimaksud umumnya terdapat di perairan teluk (Subani 1970 diacu dalam Fathul 2008). Kedalaman perairan untuk operasi penangkapan 10-18 m. Bagan perahu hampir tersebar di seluruh daerah perikanan laut di Indonesia, contohnya: Morotai, Teluk Tomini, Palu, Luwuk, Teluk Bone (Subani dan Barus 1989).


2.5 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan bagan perahu umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti tembang (Clupea sp), teri (Stolephorus sp), japuh (Dussumiera sp), selar (Charanx sp), pepetek (Leiognathus sp), kerot-kerot (Therapon sp), cumi-cumi (Loligo sp), sotong (Sepia sp), layur (Trichiurus sp) dan kembung (Rastrelliger sp) (Subani 1972 diacu dalam Fathul 2008).

2.6 Musim Penangkapan
Musim penangkapan dari bagan motor ini sepanjang tahun, kecuali pada saat-saat tertentu di mana cuaca tidak memungkinkan seperti pada saat musim barat. (Dit PMP, DKP ).




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a)    Bagan Rambo merupakan alat tangkap yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan yang diperkenalkan oleh nelayan-nelayan di Gorontalo.
b)    Bagan rambo merupakan bagan apung dengan mobilitas tinggi, dapat dioperasikan mulai dari pantai sampai jauh dari pantai. Bagan rambo merupakan perkembangan yang paling mutakhir dari alat tangkap bagan apung yang ada di Indonesia saat ini.
c)    Komponen –komponen alat tangkap bagan Rambo antara lain : perahu, rangka bagan, lampu, rumah bagan, roller, bingkai jarring dan jarring, generator set (genset), serta alat bantu lainnya seperti radio komunikasi, keranjang, peti, dan serok.
d)    Daerah pengoperasian bagan Rambo biasa pada daerah yang sifatnya tenang, tidak ada gelombang seperti daerah teluk.
e)    Keadalam dari daerah pengoperasiannya berkisar 10-18 m.
f)     Jenis hasil tangkapannya adalah ikan pelagis kecil seperti tembang (Clupea sp), teri (Stolephorus sp), japuh (Dussumiera sp), selar (Charanx sp), pepetek (Leiognathus sp), kerot-kerot (Therapon sp), cumi-cumi (Loligo sp), sotong (Sepia sp), layur (Trichiurus sp) dan kembung (Rastrelliger sp) (Subani 1972 diacu dalam Fathul 2008).
g)    Musim penangkapannya sepanjang tahun tergantung dari cuca yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan penangkapan kecuali pada saat musim barat.





DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor. Yayasan Dewi Sri. 90 hal.
Fathul B. 2008. Perikanan Bagan Perahu dan Pengembangannya di Perairan Teluk Bima. Skripsi [tidak dipublikasikan]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 60 hal.
Iskandar MD. 2001. Analisis Hasil Tangkapan Bagan Motor pada Tingkat Pencahayaan yang Berbeda di Perairan Teluk Semangka Kabupaten Tanggamus. Tesis [tidak dipublikasikan]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program pascasarjana. Hal 26-33.
Subani W. 1970. Penangkapan Ikan dengan Bagan. Tanpa Lembaga. Jakarta. 18 hal.
Sudirman. 2003. Analisis Tingkah Laku Ikan untuk Mewujudkan Teknologi Ramah Lingkungan dalam Proses Penangkapan pada Bagan Rambo. Disertasi [tidak dipublikasikan]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program pascasarjana. Hal 270-272.
Takril. 2005. Hasil Tangkapan Sasaran Utama dan Sampingan Bagan Perahu di Polewali Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Skripsi [tidak dipublikasikan]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 61 hal.