MAKALAH
Alat Tangkap “BAGAN RAMBO”
EPILDUS I. SARGI
FRANSISKO K. NUWA
DESI RETNO ULANSARI
ANDI ARIS MUNANDAR
ENGGAR RYANY SAPUTRI
SEKOLAH
TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN
BALIK
DIWA MAKASSAR
2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat TYME atas segala berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang
Alat Tangkap Bagan Rambo sebagai alat tangkap yang masih bersifat tradisional
dan digunakan oleh para nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan..
Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada insan –
insan yang telah membantu kami selama pengerjaan makalah ini berlangsung baik
secara langsung maupun secara tidak langsung.
Kami juga menyadari bahwa
makalah ini belumlah begitu sempurna, untuk itu kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian yang sifatnya
membangun ( konstruktif ) demi tugas – tugas kami selanjutnya.
Akhir kata kami mengucapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semuanya.
Makassar,
19 Oktober 2013
Penulis
Kelompok
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan
dengan luas wilayah perairan mencapai 2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia.
Luas perairan yang mencapai 5,8 juta km2 yang terbagi atas perairan
teritorial 0,3 juta km2, perairan nusantara 2,8 juta km2 dan
zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 2,7 juta km2. Dari data yang diperoleh,
pemanfaatan potensi sumber daya perikanan di wilyah Indonesia baru mencapai
setengah dari potensi lestari yang dimiliki. Berdasarkan hasil evaluasi,
potensi lestari sumber daya perikanan mencapai kurang lebih 4,5 juta ton/tahun
dan potensi ZEE sebesar 2,1 juta ton/tahun (Dahuri, 2000).
Walaupun dengan wilayah perairan
yang luas potensi dan sumber daya hayati yang terkandung didalamnya masih belum
dimanfaatkan secara optimal. Sumber daya hayati (ikan) merupakan bagian dari
sumber daya alam yang memberikan andil sebagai penghasil devisa negara.
Mengingat perikanan Indonesia terdiri dari beberapa jenis dan beragam (multi-species), maka pengembangan yang
mengacu pada peningkatan produksi (perikanan tangkap) mempunyai peluang yang
sangat besar untuk dikembangkan.
Sebagian besar masyarakat pesisir,
menjadikan perikanan sebagai tulang punggung (back tone) dari
pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir dan sumber penghasilan masyarakat serta
sebagai aset bangsa yang penting. Oleh karena itu, ketersediaan dan
keseimbangan (sustainability) dari sumberdaya alam ini menjadi sangat
krusial bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan akan sangat targantung dari
pengelolaan yang baik setiap stakeholder
yakni masyarakat dan pemerintah.
Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan pendapatan nelayan antara lain dengan meningkatkan produksi
hasil tangkapannya. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi tersebut adalah
dengan mengusahakan unit penangkapan yang produktif, yakni yang tinggi dalam
jumlah dan nilai hasil tangkapannya. Selain itu, unit penangkapan tersebut
haruslah bersifat ekonomis, efisien dan menggunakan teknologi yang sesuai
dengan kondisi setempat serta tidak merusak kelestarian sumberdaya perikanan.
Berhasil tidaknya suatu alat tangkap
dalam operasi penangkapan sangatlah bergantung pada bagaimana mendapatkan
daerah penangkapan yang baik, potensi perikanan yang ada dan bagaiman operasi
penangkapan dilakukan. Beberapa cara dilakukan dalam upaya penangkapan
diantaranya dengan menggunakan alat bantu penangkapan. Macam-macam alat bantu
penangkapan yang umum digunakan dalam operasi penangkapan ikan di Indonesia
diantaranya dengan menggunakan rumpon dan cahaya lampu.
Salah satu bentuk teknologi
penangkapan ikan yang dianggap sukses dan berkembang dengan pesat pada industri
penangkapan ikan sampai saat ini adalah penggunaan alat bantu cahaya untuk
menarik perhatian ikan dalam proses penangkapan (Nikonorov, 1975; Arimoto,
1999; Baskoro, 2001; Baskoro dan Suherman, 2007).
Bagan merupakan salah satu alat
tangkap yang menggunakan alat bantu cahaya. Menurut Brandt (1984), bagan diklasifikasikan
kedalam lift net atau jaring angkat
yang dalam pengoperasiannya menggunakan aktraktor cahaya lampu sehingga ikan
yang menjadi tujuan penangkapannya adalah ikan yang berfototaksis positif.
1.2 Rumusan Masalah
![*](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\09\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\09\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\09\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\09\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\09\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\09\clip_image001.gif)
1.3 Tujuan
![*](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\09\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\09\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\09\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\09\clip_image001.gif)
![*](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\09\clip_image001.gif)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Bagan
merupakan salah satu alat tangkap jaring angkat (lift net) yang menggunakan
alat bantu cahaya (light fishing). Alat tangkap bagan dapat diklasifikasikan ke
dalam dua tipe yaitu bagan tancap dan bagan apung. Bagan tancap sifatnya
menetap sedangkan bagan apung dapat berpindah dari satu fishing ground ke
fishing ground lainnya. Alat tangkap bagan perahu (bagan Rambo) merupakan
modifikasi dari bagan yang ada di Indonesia, seperti bagan tancap, bagan motor
dan bagan apung.
Bagan
rambo merupakan bagan apung dengan mobilitas tinggi, dapat dioperasikan mulai
dari pantai sampai jauh dari pantai. Bagan rambo merupakan perkembangan yang
paling mutakhir dari alat tangkap bagan apung yang ada di Indonesia saat ini.
Berbeda halnya dengan dengan bagan apung lainnya, karena ukurannya yang sangat
besar sehingga sering pula disebut dengan bagan raksasa (Sudirman, 2003).
Bagan
rambo memiliki ukuran yang lebih besar dan konstruksinya tampak lebih kokoh serta
jumlah lampu yang digunakan lebih banyak (di atas 30 unit lampu). Satu unit
bagan rambo terdiri atas beberapa komponen utama yang saling terkait satu sama
lain. Komponen tersebut adalah : perahu, rangka, waring, bingkai jaring,
roller, generator set (genset), lampu mercuri, dan rumah bagan.
Bagan perahu
(bagan Rambo) merupakan alat tangkap
yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan yang diperkenalkan oleh
nelayan-nelayan di Gorontalo. Komponen
bagan perahu di Gorontalo sama dengan bagan pada umumnya yang terdiri dari
jaring bagan, perahu dan rumah bagan.
Bagan perahu di Gorontalo saat ini masih berskala tradisional, hal ini
dilihat dari ukuran yang relatif kecil, pengoperasian masih dilakukan secara
manual, alat bantu pengumpul ikan berupa lampu petromak. Dipelataran bagan terdapat alat penggulung (roller) yang berfungsi untuk mengangkat
jaring bagan pada saat dioperasikan dengan menggunakan tenaga manusia untuk
memutar (roller).
![http://dkp.kutaikartanegarakab.go.id/foto_berita/bagan%20perahu.png](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\09\clip_image005.gif)
Gambar. 1 Bagan Rambo
2.2 Komponen – Komponen Alat tangkap
Bagan Rambo
(a) Perahu
Satu unit bagan
rambo terdiri atas dua perahu, yaitu perahu utama (main boat) dan perahu
pengantar. Perahu utama berfungsi sebagai penyangga bangunan bagan dan tempat
semua proses penangkapan dilaksanakan. Perahu utama berbentuk pipih memanjang
dengan dimensi L x B x D 27 m x 2,5 m x 3,1 m dimana bentuk haluan dan buritan
sama. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu bayang (Intsia bijuga) dan kayu
meranti (Shorea spp). Perahu ini dilengkapi dengan jangkar beton dengan ukuran
panjang 2 m dan berat kurang lebih 250 kg. Perahu ini tidak dilengkapi dengan
mesin penggerak. Perahu pengantar merupakan perahu penarik (towing boat) yang
berfungsi menarik bagan dari fishing base ke fishing ground atau dari fishing
ground yang satu ke fishing ground lainnya dan kembali ke fishing base. Perahu
pengantar ini juga digunakan sebagai pengangkut hasil tangkapan, mengantar
jemput nelayan, dan membawa bahan dan perlengkapan kebutuhan operasional bagan
rambo dari fishing base ke fishing ground dan sebaliknya. Perahu ini berbentuk
memanjang dengan dimensi L x B x D 22 m x 2 m x 1,2 m. Jenis mesin yang
digunakan adalah mesin darat (truck) merk Mitsubishi Fuso 6 selinder berbahan
bakar solar.
(b) Rangka bagan
Rangka bagan
rambo dirangkai pada sisi kiri dan kanan kapal utama. Ukuran rangka bagan rambo
yang digunakan 30 x 30 meter. Fungsi rangka pada bagan rambo adalah : tempat
menggantung jaring, menjaga keseimbangan perahu, tempat untuk melakukan setting
dan hauling, tempat menggantungkan lampu, tempat dudukan roller, dan kegiatan
lainnya (perbaikan jaring, sortir hasil tangkapan, memancing). Rangka bagan
rambo ditahan dengan 2 buah tiang terbuat dari kayu jati (Tectona grandis) yang
dipasang pada bagian tengah perahu utama. Tiang ini berbentuk bulat dengan
panjang 14 meter dan berdiameter 30 cm tempat mengikat kawat baja sebagai
penyangga rangka bagan. Jumlah kawat baja yang digunakan 286 buah diameter 6 mm
dengan panjang setiap kawat baja berkisar 7 -15 m, bergantung pada jarak tiang
dengan rangka bagan. Pemasangan kawat baja diusahakan menyebar agar kedudukan
rangka bagan lebih kuat, rata, dan stabil.
(c) Lampu
Jenis lampu
yang digunakan bagan rambo adalah lampu mercury. Jumlah watt dan warna lampu
bagan rambo yang digunakan adalah lampu 250 dan 500 watt dengan menggunakan
lampu berwarna. Dua buah warna kuning 500 watt lampu di pasang setinggi 6 m dan
2 buah lampu warna putih 500 watt dipasang setinggi 3 m pada tiang kapal
menghadap ke depan dan ke belakang. Setiap sisi kapal dipasang 4 buah lampu, 1
lampu warna kuning 500 watt, 1 buah lampu berwarna putih 500 watt dan 2 buah
lampu warna putih 250 watt. Lampu bagian luar ini berfungsi menarik kawanan
ikan pada jarak yang19jauh. Tiga puluh delapan buah lampu warna putih 250 watt
dan dua lampu fokus berkekuatan 500 watt ditempatkan di bawah rangka bagan yang
dapat diredupkan dan berfungsi mengkonsentrasikan ikan di catchable area.
Setiap bola lampu dilengkapi dengan reflektor terbuat dari wajan (aluminium)
dengan diameter 30 cm, kecuali lampu fokus ditempatkan dalam wadah berbentuk
silender agar cahaya lampu terfokus pada perairan. Total jumlah lampu yang
digunakan pada bagan rambo ini adalah 60 buah dengan menggunakan kekuatan 18 kW.
(d) Rumah bagan
Rumah bagan
pada bagan rambo di tempatkan di atas perahu utama dan berbentuk 4 persegi
panjang dengan ukuran panjang 7 m, lebar 3,75 m dan tinggi2,75 m. Rumah bagan
ini berfungsi sebagai tempat istirahat, tempat panel lampu dan saklar, genset,
dan peralatan lainnya.
(e) Roller
Berdasarkan
fungsinya, maka roller atau pemutar pada bagan rambo terdiri atas 3 (tiga)
jenis yaitu : (1) Roller untuk bingkai jaring, berfungsi untuk menurunkan atau
menarik bingkai jaring pada saat setting dan hauling. Roller ini dipasang
melintang pada sisi kiri dan kanan bagian tengah rangka bagan, tingginya 1
m.Panjang tali roller ini antara 25 . 45 meter. Ukuran diameter tali roller 1
cm terbuat dari bahan polyethylen (PE). Sepanjang roller dibuat handle pemutar
(tangkai untuk memutar roller) masing-masing 3 buah denganpanjang 1,3 meter dan
diameter 10 cm berjumlah 4 buah. (2) 3AES Roller ditempatkan pada bagian depan
perahu utama,
panjangnya 3,5 m, tinggi 1 m, dan diameter 25 cm. Pada roller ini dibuat handle pemutar (tangkai untuk memutar roller) sebanyak 2 buah pada masing-masing sisi luar yang panjang pemegangnya 1,5 m diameter 4 cm berjumlah 4 buah. Pada roller ini disiapkan tali jangkar dengan panjang 350 meter dengan diameter 3,5 cm terbuat dari bahan polyethylen (PE). (3) Roller pemberat, berfungsi untuk menarik dan menurunkan batu arus. Batu arus ini beratnya 35 kg berfungsi untuk menahan bingkai jaring pada saat arus kencang sehingga bingkai jaring tetap berada di bawah rangka bagan. Roller pemberat berjumlah 4 buah, 2 buah di depan dan 2 buah dibelakang. Tinggi roller 50 cm, diameter 12 cm, dan panjang 70 cm. Tali yang digunakan pada roller ini terbuat dari polyethylen (PE) berdiameter 1cm dengan panjang 50 m.
panjangnya 3,5 m, tinggi 1 m, dan diameter 25 cm. Pada roller ini dibuat handle pemutar (tangkai untuk memutar roller) sebanyak 2 buah pada masing-masing sisi luar yang panjang pemegangnya 1,5 m diameter 4 cm berjumlah 4 buah. Pada roller ini disiapkan tali jangkar dengan panjang 350 meter dengan diameter 3,5 cm terbuat dari bahan polyethylen (PE). (3) Roller pemberat, berfungsi untuk menarik dan menurunkan batu arus. Batu arus ini beratnya 35 kg berfungsi untuk menahan bingkai jaring pada saat arus kencang sehingga bingkai jaring tetap berada di bawah rangka bagan. Roller pemberat berjumlah 4 buah, 2 buah di depan dan 2 buah dibelakang. Tinggi roller 50 cm, diameter 12 cm, dan panjang 70 cm. Tali yang digunakan pada roller ini terbuat dari polyethylen (PE) berdiameter 1cm dengan panjang 50 m.
(f) Bingkai jaring dan jaring
Bingkai jaring
berbentuk segi empat terbuat dari kayu jati (Tectona grandis) dengan panjang 7
- 8 m dengan diameter 7 cm. Kayu ini disambung satu dengan yang lain sesuai
dengan panjang dan lebar mulut jaring dan rangka bagan. Bingkai jaring
berfungsi sebagai tempat mengikat jaring, pemberat, dan tali penggantung yang
dihubungkan dengan roller jaring. Pada setiap sudut bingkai jaring diikatkan
batu, demikian juga sisi bingkai jaring diikatkan 3 buah batu yang beratnya 17
- 20 kg. Jaring pada bagan rambo berbentuk seperti kelambu terbalik dan terbuat
dari bahan waring hitam (polypropylene). Bagian tepi jaring dipasang tali ris
berdiameter 6 mm terbuat dari bahan polyethylen (PE) sebagai penguat pinggiran
jaring. Jaring diikatkan pada bingkai jaring dengan ukuran panjang, lebar dan
dalam masing-masing 30 x 30 x 17 m. Satu unit bagan rambo, luas jaring yang
digunakan berkisar antara 3500 - 4000 m2.
(g) Generator set (genset)
Sumber tenaga
untuk menyalakan lampu pada bagan rambo menggunakan genset yang dipasang dalam
lambung kapal. Kapasitas daya genset yang digunakan 20 KVA. Genset ini
digerakkan dengan mesin merek Yanmar TF 300, dengan daya kerja maksimum 2400
rpm 30 pk.
(h) Alat bantu lainnya
Peralatan lain
yang ada pada bagan rambo adalah alat bantu dalam memperlancar operasional
antara lain radio komunikasi, keranjang, peti, dan serok. Radio komunikasi
digunakan berkomunikasi antara juragan laut dan juragan darat (punggawa laut
dan punggawa darat), sesama nelayan untuk mengetahui fishing ground, harga
ikan, dan hasil tangkapan. Keranjang berfungsi sebagai wadah hasil tangkapan
setelah disortir. Setiap bagan rambo mempunyai minimal 30 buah keranjang. Peti
merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan sebelum dibawa ke darat. Peti ini
mempunyai ukuran panjang 78 cm, lebar 46 cm dan tinggi 50 cm. Selain alat
tersebut di atas, alat lain adalah serok yang berfungsi mengangkat hasil
tangkapan dari jaring ke atas perahu. Serok ini mempunyai ukuran panjang 3,5
meter dengan diameter bukaan mulut 50 cm, dan tinggi jaring 60 cm dengan mesh
size 0,5 cm terbuat dari bahan poliethylen.
2.3 Metode Pengoperasian Alat
Tahapan - tahapan
metode pengoperasian bagan perahu adalah sebagai berikut (Iskandar 2001 diacu
dalam Takril 2005).
a. Persiapan menuju fishing ground,
biasanya terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan persiapan terhadap segala
sesuatu yang dibutuhkan dalam pengoperasian bagan perahu. Pemeriksaan dan
perbaikan terutama dilakukan terhadap lampu dan mesin kapal. Persiapan lain
yang dianggap penting adalah kebutuhan perbekalan operasi penangkapan seperti
air tawar, solar, minyak tanah, garam dan bahan makanan.
b. Pengumpulan ikan, ketika tiba di
lokasi fishing ground dan hari menjelang malam, maka lampu dinyalakan dan
jaring biasanya tidak langsung diturunkan hingga tiba saatnya ikan terlihat
berkumpul di lokasi bagan atau ingin masuk ke dalam area cahaya lampu. Namun
tidak menutup kemungkinan ada pula sebagian nelayan yang langsung menurunkan
jaring setelah lampu dinyalakan.
c. Setting, setelah menunggu beberapa
jam dan ikan mulai terlihat berkumpul di lokasi penangkapan, maka jaring
diturunkan ke perairan. Jaring biasanya diturunkan secara perlahan-lahan dengan
memutar roller. Penurunan jaring beserta tali penggantung dilakukan hingga
jaring mencapai kedalaman yang diinginkan. Proses setting ini berlangsung tidak
membutuhkan waktu yang begitu lama. Banyaknya setting tergantung pada keadaan
cuaca dan situasi hasil tangkapan, serta kondisi perairan pada saat operasi
penangkapan.
d. Perendaman jaring (soaking), selama
jaring berada di dalam air, nelayan melakukan pengamatan terhadap keberadaan
ikan di sekitar kapal untuk memperkirakan kapan jaring akan diangkat. Lama
jaring berada di dalam perairan (perendaman jaring) bukan bersifat ketetapan,
karena nelayan tidak pernah menentukan dan menghitung lamanya jaring di dalam
perairan dan kapan jaring akan diangkat namun hanya berdasarkan penglihatan dan
pengamatan adanya ikan yang berkumpul di bawah cahaya lampu.
e. Pengangkatan jaring (lifting),
lifting dilakukan setelah kawanan ikan terlihat berkumpul di lokasi
penangkapan. Kegiatan lifting ini diawali dengan pemadaman lampu secara
bertahap. Hal ini dimaksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap terkosentrasi
pada bagian perahu di sekitar lampu yang masih menyala. Ketika ikan sudah
berkumpul di tengah-tengah jaring, jaring tersebut mulai ditarik ke permukaan
hingga akhirnya ikan akan tertangkap oleh jaring.
f. Brailing, setelah bingkai jaring
naik ke atas permukaan air, maka tali penggantung pada ujung dan bagian tengah
rangka dilepas dan dibawa ke satu sisi kapal, tali kemudian dilewatkan pada
bagian bawah kapal beserta jaringnya. Tali pemberat ditarik ke atas agar
mempermudah penarikan jaring dan lampu dihidupkan lagi. Jaring kemudian ditarik
sedikit demi sedikit dari salah satu sisi kapal ke atas kapal. Hasil tangkapan
yang telah terkumpul diangkat ke atas dek kapal dengan menggunakan serok
(Subani 1972 diacu dalam Takril 2005).
g. Penyortiran ikan, setelah diangkat
di atas dek kapal, dilakukan penyortiran ikan. Penyortiran ini biasanya
dilakukan berdasarkan jenis ikan tangkapan, ukuran dan lain-lain. Ikan yang
telah disortir langsung dimasukkan ke dalam wadah atau peti untuk memudahkan
pengangkutan.
2.4 Daerah Pengoperasian
Pada umumnya
daerah pengoperasian alat tangkap bagan perahu adalah perairan yang subur,
selalu tenang, tidak banyak dipengaruhi oleh adanya gelombang besar, angin
kencang dan arus yang kuat. Perairan yang dimaksud umumnya terdapat di perairan
teluk (Subani 1970 diacu dalam Fathul 2008). Kedalaman perairan
untuk operasi penangkapan 10-18 m. Bagan perahu hampir
tersebar di seluruh daerah perikanan laut di Indonesia, contohnya: Morotai,
Teluk Tomini, Palu, Luwuk, Teluk Bone (Subani dan Barus 1989).
2.5 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan
bagan perahu umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti tembang (Clupea sp),
teri (Stolephorus sp), japuh (Dussumiera sp), selar (Charanx sp), pepetek
(Leiognathus sp), kerot-kerot (Therapon sp), cumi-cumi (Loligo sp), sotong
(Sepia sp), layur (Trichiurus sp) dan kembung (Rastrelliger sp) (Subani 1972
diacu dalam Fathul 2008).
2.6 Musim Penangkapan
Musim
penangkapan dari bagan motor ini sepanjang tahun, kecuali pada saat-saat tertentu
di mana cuaca tidak memungkinkan seperti pada saat musim barat. (Dit PMP,
DKP ).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a) Bagan Rambo merupakan
alat tangkap yang berasal dari daerah Sulawesi Selatan yang diperkenalkan oleh
nelayan-nelayan di Gorontalo.
b) Bagan rambo merupakan bagan apung
dengan mobilitas tinggi, dapat dioperasikan mulai dari pantai sampai jauh dari
pantai. Bagan rambo merupakan perkembangan yang paling mutakhir dari alat
tangkap bagan apung yang ada di Indonesia saat ini.
c) Komponen –komponen alat tangkap bagan Rambo antara lain :
perahu, rangka bagan, lampu,
rumah bagan, roller, bingkai jarring dan jarring, generator set (genset), serta
alat bantu lainnya seperti radio komunikasi, keranjang, peti, dan serok.
d) Daerah pengoperasian bagan Rambo
biasa pada daerah yang sifatnya tenang, tidak ada gelombang seperti daerah
teluk.
e) Keadalam dari daerah
pengoperasiannya berkisar 10-18 m.
f) Jenis hasil tangkapannya adalah ikan
pelagis kecil seperti tembang (Clupea sp), teri (Stolephorus sp), japuh
(Dussumiera sp), selar (Charanx sp), pepetek (Leiognathus sp), kerot-kerot
(Therapon sp), cumi-cumi (Loligo sp), sotong (Sepia sp), layur (Trichiurus sp)
dan kembung (Rastrelliger sp) (Subani 1972 diacu dalam Fathul 2008).
g) Musim penangkapannya sepanjang tahun
tergantung dari cuca yang memungkinkan untuk melakukan kegiatan penangkapan
kecuali pada saat musim barat.
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa
AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan.
Bogor. Yayasan Dewi Sri. 90 hal.
Fathul
B. 2008. Perikanan Bagan Perahu dan
Pengembangannya di Perairan Teluk Bima. Skripsi [tidak dipublikasikan].
Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 60 hal.
Iskandar
MD. 2001. Analisis Hasil Tangkapan Bagan
Motor pada Tingkat Pencahayaan yang Berbeda di Perairan Teluk Semangka
Kabupaten Tanggamus. Tesis [tidak dipublikasikan]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor, Program pascasarjana. Hal 26-33.
Subani
W. 1970. Penangkapan Ikan dengan Bagan.
Tanpa Lembaga. Jakarta. 18 hal.
Sudirman.
2003. Analisis Tingkah Laku Ikan untuk
Mewujudkan Teknologi Ramah Lingkungan dalam Proses Penangkapan pada Bagan Rambo.
Disertasi [tidak dipublikasikan]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program
pascasarjana. Hal 270-272.
Takril.
2005. Hasil Tangkapan Sasaran Utama dan
Sampingan Bagan Perahu di Polewali Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Skripsi [tidak dipublikasikan]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 61
hal.
Assalamualaikum...sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada pemilik blog ini yang sudah mempublikasikan ilmunya yang sangat bermanfaat bagi saya pribadi...untuk itu, saya minta izin untuk menyalin isi dari sebagian blog ini, sebagai bahan untuk persentasi mata kuliah...wasallam...
BalasHapusKGINI TOTO Online Casino - Kadangpintar
BalasHapusKGINI TOTO is 온카지노 a popular casino in Indonesia and it is located at the entrance to the beach, opposite the casino casino, from its usual name.