MAKALAH
“Pertumbuhan & Perkembangbiakan
Mikrobiologi”
OLEH (Kelompok
1)
Irmayanti
Nurfadillah
Fransisko K.
Nuwa
Desi Retno
Ulansari
Andi Aris
Munandar
Enggar Ryany
Saputri
Epildus
Inocentius Sargi
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI KELAUTAN
BALIK DIWA MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pertumbuhan pada bakteri
didefinisikan sebagai pertumbuhan berat sel. Mempelajari pertumbuhan bakteri
merupakan faktor terpenting dalam mengetahui beberapa aspek fisiologi suatu
bakteri. Pertumbuhan adalah merupakan pertambahan secara teratur semua komponen
sel suatu organisme. Pembelahan sel adalah hasil dari pembelahan sel. Pada
jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan
pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri akan
menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel
banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan
jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah
besar jasadnya.
Dalam membahas pertumbuhan mikrobia
harus dibedakan antara pertumbuhan masing-masing individu sel dan pertumbuhan
kelompok sel atau pertumbuhan populasi.Pertumbuhan bakteri dapat diukur dengan
dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran pertumbuhan
bakteri secara langsung dapat dilakukan dengan metode total count,
turbidikmetrik, berat kering, electronic counter, plating techique, fltrasi
membran. Sedangkan pengukuran pertumbuhan bakteri secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan metode viable count, aktivitas metabolik dan berat sel
kering.
Pertumbuhan mikroorganisme dapat
diukur berdasarkan konsentrasi sel (jumlah sel per satuan isi kultur) ataupun
densitas sel. Dua parameter ini tidak selalu sama karena berat kering sel
rata-rat bervariasi pada tahap berlainan dalam pertumbuhan kultur. Kedua
parameter tersebut juga tidak bermakna sama dalam penelitian mengenai biokimia
mikroorganisme atau gizi mikroorganisme, konsentrasi sel adalah kuantitas yang
bermakna.
2. Tujuan
Penulisan
Tujuan dari
penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pertumbuhan dan
Perkembangan Mikroba
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam pertumbuhan mikroba.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pertumbuhan dan Perkembangbiakan Mikroorganisme
Pertumbuhan
adalah suatu proses bertambahnya jumlah sel tubuh organisme yang
disertai dengan pertambahan ukuran, berat, serta tinggi yang bersifat
irreversible (tidak dapat kembali pada keadaan semula). Pertumbuhan lebih
bersifat kuantitatif, dimana suatu organisme yang dulunya kecil menjadi lebih
besar seiring dengan pertambahan waktu.
Sedangkan, perkembangan adalah suatu proses
differensiasi, organogenesis dan diakhiri dengan terbentuknya individu baru
yang lebih lengkap dan dewasa. Perkembangan lebih bersifat kualitatif, dimana
suatun organisme yang sebelumnya masih belum matang dalam reproduksinya
(dewasa), menjadi lebih dewasa dan matang dalam system reproduksinya sehingga
dapat melakukan perkembangbiakan.
1.
Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan
mikroorganisme dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel (jumlah sel per satuan
isi kultur) ataupun destilasi sel (berat kering dari sel-sel persatuan isi
kultur). Dua parameter ini tidak selalu sama karena berat kering sel rata-rata
bervariasi pada tahap berlainan dalam pertumbuhan kultur, kedua parameter
tersebut juga tidak bermakna sama dalam penelitian mengenai biokimia
mikroorganisme atau gizi mikroorganisme. Densitas sel adalah kuantitas yang
lebih bermakna, sedangkan dalam penelitian mengenai inaktivitas mikroorganisme,
kosentrasi sel adalah kuantitas yang bermakna.
Analisis
kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui
mutu bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada
bahan pangan tersebut. Beberapa dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur
jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan.
Perhitungan
massa sel secara langsung atau tidak langsung sering digunakan untuk mengukur
pertumbuhan sel selama proses fermentasi, dimana komposisi substrat atau bahan
yang difermentasi dapat diamati dan diukur dengan teliti.
Untuk
menentukan massa sel mikroba dalam suatu populasi, dilakukan dengan cara
menumbuhkannya dalam suspensi homogen pada medium yang sesuai dengan
konsentrasi (jumlah sel/ ml) dan densitasnya (mg/ml), dihitung adanya
peningkatan seiring dengan waktu. Pada kultur pertumbuhan mikroba dapat
ditentukan laju pertumbuhan dan waktu penuh. Metode penentuan massa sel dapat
dibedakan menjadi dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara langsung dapat dilakukan dengan
beberapa cara,yaitu :
1) Metode Total Count
Pada
metode ini sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti hemasitometer) dan
jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop
(Hadioetomo, 1993).
Jika
setetes kultur dimasukkan kedalam wadah (misalnya hemasitometer) yang diketahui
volumenya, maka jumlah sel yang dapat dihitung. Akan tetapi cara tersebut
memiliki keterbatasan, yaitu tidak dapat membedakan sel hidup atau mati dan
tidak dapat digunakan pada jumlah sel yang sangat sedikit (kurang dari 102
sel/ml)
(Purwoko,
2007).
Kelemahan
lainnya ialah sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti
bakteri karena kekebalan hemositometer tidak memungkinkan digunakannya lensa
objektif celup minyak. Hal ini dibatasi dengan cara mencernai sel sehingga
menjadi lebih mudah dilihat. Kelemahan lain lagi ialah kadang-kadang cenderung
bergerombol sehingga sukar membedakan sel-sel individu. Cara mengatasinya ialah
mencerai-beraikan gerombolan sehinggga tersebut dengan menambahkan bahan anti
gumpalan seperti dinatrium etilanadiamina tetra asetat dan tween-80
sebanyak 0,1%. Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak
memerlukan banyak peralatan (Hadioetomo, 1993).
2) Metode Turbidimetrik
Bila kita
harus memeriksa kosentrasi sel jumlah besar biakan, maka metode cawan bukanlah pilihan
yang baik karena tidak hanya memakan waktu tetapi juga memerlukan media dan
pecah-belah dalam jumlah besar. Untuk kasus demikian tersedia metode yang lebih
cepat dan praktis, yaitu pengukuran kekeruhan biakan dengan fotokilometer
(Hadioetomo, 1993).
Secara
rutin jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung kekeruhan
(turbiditas) kultur. Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak jumlah sel.
Prinsip dasar metode turbidimeter adalah jika cahaya mengenai sel, maka
sebagian cahaya diserap dan sebagian cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang
diserap propisional (sebanding lurus dengan jumlah sel bakteri). Ataupun jumlah
cahaya yang diteruskan berbanding terbalik dengan jumlah sel bakteri. Semakin
banyak jumlah sel, semakin sedikit cahaya yang diteruskan. Metode ini memiliki
kelemahan tidak dapat membedakan antara sel mati dan sel hidup (Purwoko, 2007).
3) Metode Berat Kering
Cara yang
paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode berat kering. Metode tersebut
relatif mudah dilakukan, yaitu kultur disaringan atau disentrifugasi, kemudian
bagian yang disaring atau yang mengendap hasil sentrifugasi dikeringkan. Pada
metode ini juga tidak dapat membedakan sel yang hidup dan mati. Akan tetapi
keterbatasan itu tidak mengurangi manfaat metode tersebut dalam hal mengukur
efesiensi fermentasi, karena pertumbuhan diukur dengan satuan berat, sehingga
dapat diperhitungkan dengan parameter konsumsi substrat dan produksi senyawa
yang diinginkan (Purwoko, 2007).
4) Metode Elektronic Counter
Pada
pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui lubang kecil
(orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang ditempatkan pada dua
sisi orifice mengukur tekanan listrik (ditandi dengan naiknya tekanan) pada
saat bakteri melalui orifice. Pada saat inilah sel terhitung. Keuntungan metode
ini adalah hasil bisa diperoleh dengan lebih cepat dan lebih akurat, serta
dapat menghitung sel dengan ukuran besar. Kerugiannya metode ini tidak bisa
digunakan untuk menghitung bakteri karena adanya gangguan derbit, filamen, dan
sebagainya, serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati
(Pratiwi, 2008).
5) Metode Plating Techique
Metode ini
merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak (visible) dan di dasarkan pada
asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah dan memproduksi satu koloni
tunggal. Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU (colony forming unit) dengan
cara membuat seri pengenceran sampel dan menumbuhkan sampel pada media padat.
Pengukuran dilakukan pada plat dengan jumlah koloni berkisar 25-250 atau
30-300. Keuntungan metode ini adalah sederhana, mudah dan sensitif karena
menggunakan colony counter sebagai alat hitung dapat digunakan untuk
menghitung mikroorganisme pada sampel makanan, air ataupun tanah. Kerugiannya
adalah harus digunakan media yang sesuai dan perhitungannya yang kurang
akurat karena satu koloni tidak selalu berasal dari satu individu sel (Pratiwi,
2008).
6) Metode filtrasi membran
Pada
metode ini sampel dialirkan pada suatu sistem filter membran dengan bantuan
vaccum. Bakteri yang terperangkap selanjutnya ditumbuhkan pada media yang
sesuai dan jumlah koloni dihitung. Keuntungan metode ini adalah dapat
menghitung sel hidup dan sistem perhitungannya langsung, sedangkan kerugiannya
adalah tidak ekonomis (Pratiwi, 2008).
Metode
pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara tidak langsung dapat dilakukan
dengan beberapa metode sebagai berikut :
1) Metode
Viable Count
Kultur
diencerkan sampai batas yang di inginkan. Kultur encer ditumbuhkan kembali pada
media, sehingga di harapkan setiap sel tumbuh menjadi 1 koloni beberapa saat
berikutnya, biasanya 4-12 jam. Akan tetapi cara ini memiliki
keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih dari sebenarnya (kemungkinan
besar 1 koloni dapat berasal dari 2 sel) dan tidak dapat di aplikasikan pada
bakteri yang tumbuh lambat. Pada metode tersebut yang perlu diperhatikan adalah
jumlah sel bakteri harus mendekati kelipatan 10 pada setiap pengencerannya.
Jika tidak pengenceran di anggap gagal. Misalnya cawan yang dapat dihitung
jumlah selnya adalah yang mempunyai jumlah sel sekitar 2-4 untuk sampel
pengenceran (10-x ), 20-40 untuk sampel pengenceran (10(x+1))
dan 200-400 untuk sampel pengenceran (10-(x+2)) (Purwoko, 2007).
2) Metode
Aktivitas Metabolik
Metode ini di dasarkan pada asumsi
bahwa produk metabolit tertentu, misalnya asam atau CO2, menunjukkan
jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam media. Misalnya pengukuran
produksi asam untuk menentukan jumlah vitamin yang di hasilkan mikroorganisme
(Pratiwi, 2008).
3)
Metode
Berat Sel Kering
Metode ini umum digunakan untuk
mengukur pertumbuhan fungi berfilamen. Miselium fungi dipisahkan dari
media dan dihitung sebagai berat kotor. Miselium selanjutnya
dicuci dan dikeringkan dengan alat pengering (desikator) dan ditimbang beberapa
kali hingga mencapai berat yang konstan yang dihitung sebagai berat sel kering
(Pratiwi, 2008).
Menurut
Pelezar and Chan (1986), juga menyatakan bahwa penentuan massa sel berdasar
jumlah partikel dengan menggambarkan sinar yang dilewatkan pada suspensi sel.
Jumlah sinar yang dihambat proporsional dengan massa sel yang ada, semakin
banyak massa sel yang ada dalam susupensi maka sinar yang dihamburkan akan
semakin banyak. Sejumlah sinar tersebut akan mencapai suatu alat (sejenis
detector), dimana alat tersebut akan dihubungkan dengan skala pembacaan untuk
absorbansi. Semakin banyak jumlah sinar yang tertangkap oleh detector maka
nilai absorbansi yang terbaca akan semakin besar. Intensitas cahaya yang
ditransmisikan dan diabsorbansi oleh larutan dapat ditentukan dengan hukum Lambert-Beer
. Rasio intensitas yang diteruskan (I) dengan intensitas cahaya mula-mula (I0)
disebut persen transmitansi (%T). Semakin keruh suatu suspensi maka semakin
kecil %T. secara matematis hukum Lambert-Beer yaitu: A = log (I0/It)
= – log(I0/It) = – log T = abc
Dimana :
A :
absorbansi
a :
tetapan absorbivitas
b : tebal
laritan yang dilalui sinar
c :
konsentrasi larutan
v Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan pada bakteri mempunyai
arti perbanyakan sel dan peningkatan ukuran populasi.
Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan
optimum adalah:
1.
Suhu
Suhu
adalah salah satu faktor lingkungan terpenting yang
mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan organisme. Pertumbuhan mikroba memerlukan
kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum,
suhu optimum, dan suhu maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi
mikroba masih dapat hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk
pertumbuhan mikroba. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan
mikroba. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan
menjadi mikroba psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil. Psikrofil adalah
kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-300C dengan suhu optimum sekitar
150C.
2. Derajat
keasaman atau pH
Mikroba umumnya menyukai pH netral
(pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin). Contohnya
adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri pengguna urea.
Hanya beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap keasaman, misalnya
Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina ventriculi. Bakteri yang bersifat
asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH
rendah. Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan
didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi
oleh bakteri.
Berdasarkan pH-nya mikroba dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu(a) mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang
dapat hidup pada pH 2,0-5,0, (b) mikroba mesofil (neutrofil), adalah kelompok
mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan (c) mikroba alkalifil, adalah
kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.
3. Kelembaban ( Aktifitas air)
Mikroorganisme memerlukan air untuk hidup dan
berkembang biak, oleh karena itu pertumbuhan sel
mikroorganisme di dalam suatu makanan sangat dipengaruhi oleh
jumlah air. Air merupakan bagian terbesar dari komponen sel (70 -80 %),
air juga dibutuhkan sebagai reaktan dalam berbagai reaksi biokimia.
Tidak semua air yang terdapat dalam bahan pangan dapat digunakan oleh
mikroorganisme .beberapa keadaan dimana air tidak digunakan oleh
mikroorganisme yaitu :
a. Adanya solut
dan ion dapat mengikat air di dalam larutan , misalnya adanya gula
atau garam pada konsentrasi tinggi akan mengikat air dari bahan pangan,
bahkan dapat mengikat air dari dalam sel mikroorganisme jika
konsentrtasi solut diluar sel lebih tinggi dari pada di dalam sel.
b. Koloid hidrofilik
(gel) dapat mengikat air , dimana sebanyak 3-4 % agar di dalam medium
dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
c. Air dalam
bentuk kristal es tidak digunakan oleh mikroorganisme.
4. Sumber
Nutrisi
Semua
mikroorganisme memerlukan makanan yang akan menjadi sumber
energi dan menyediakan unsu-unsur kimia dasar untuk
pertumbuhan sel. Unsur-unsur dasar tersebut adalah karbon,
nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, magnesium, zat besi ,
dan sejumlah kecil logam lainnya.
a.
Eneregi,
biasanya diperoleh dari substansi mengandungkarbon
b.
Nitrogen untuk
sintesa protein
c.
Sumber enersi
d.
Vitamin dan
mineral yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan
Ada dua jenis
nutrisi dasar, organisme dapat bersifat heterotrofik atau autotrofik.
a. Nutrisi heterotrofik
Mikroorganisme yang tumbuh pada makanan umumnya
bersifat heterotrof yaitu menggunakan karbohidrat sebagai sumber
energi dan karbon walaupun komponen organik lainnya yang mengandung karbon
mungkin juga dapat digunakan. Kebanyakan organisme heterotrof menggunakan
komponen organik yang mengandung nitrogen sebagai sumber Nutrisi,
tetapi beberapa dapat pula menggunakan sumber nitrogen
anorganik.
Streptopkoki, stapilokoki dan berbagai organisme
heterotrof lainnya, mungkin membutuhkan beberapa sumber nitrogen
organik lainnya dalam bentuk asam amino purin dan pirimidin serta
faktor-faktor pertumbuhan seperti vitamin E, Thiamin (vitamin B1),
riboflavin (vitamin B2), asam nikotinat (niasin) piridoksin (B6), asam
pantotenat dan kobalamin (vitamin B12) dibutuhkan oleh organisme
yang tergolong pemilih dan sukar tumbuh.
b. Nutrisi autotrofik
Organisem autotrofik merip dengan tumbuhan, karena mereka
mampu mempergunakan substansi anorganik sederhana sebagai makanannya. Ada
banyak bakteri yang bersifat autotrofik
Sehingga hanya
sedikit substansi yang tidak mengalami biodegradasi, dalam arti tidak dapat
dipecah oleh suatu spesies bakteri. Beberapa bakteri dapat hidup dalam
beton dan lainnya lagi dapat hidup dalam desinfekstan seperti asam karbol
(”carbolic acid”).
Bakteri autotrofik memperoleh energi
dengan dua cara:
a) Bakteri
kemosintetik seperti baktri nitrifikasi memperoleh energi dengan
mengoksidasi senyawa anorganik. Spesiesn nitrosomonas mengubah garam amonium
menjadi nitrit dan spesies nitro bakter mengubah nitrit menjadi
nitrat.
b) Bakteri
fotosintetik memiliki pigmen yang erat kaitannya dengan klorofil yang
dijumpai pada tumbuhan dan oleh karenanya dapat mempergunakan
energi matahari. Energi ini digunakan untuk mensintesis substansi organik
komplek dari senyawa sederhana seperti air dan karbondioksida
5. Zat
Kimia
Telah diketahui banyak zat kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme atau membunuh mikroorganisme yang telah ada.
Bahan kimia yng bersifat bakteriostatik atau fungstatik adalah bahan-
bahan kimia yang dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau
kapang (fungi), sedang bakterisidal dan fungisidal adalah
bahan-bahan kimia yang dapat membunuh bakteri atau kapang.
Berbagai logam asm, halogen, alkohol, fenol, deterjen dan antibiotika
mempunyai efek antimikroba yang dipergunakan dalam industri pengolahan
bahan pangan dalam desinfeksi dan sanitasi alat-alat
pengolahan dan ruangan-ruangan pabrik atau kadang-kadang
sebagai bahan ayng ditambahkan dalam bahan pangan sebagai zat
pengawet. Kerja dari bahan-bahan kimia antimikroba ini dapat
besifat khas yaitu hanya efektif pada jenis-jenis mikroorganisme
tertentu. Sebagai contoh antibiotika jenis penisilin dan
tetrasiklin hanya dapat membunuh bakteri tetapi tidak
membunuh khamir tau kapang. Beberapa bahan yang besifat spektrum luas
seperti hipoklorit dapat mematikan lebih banyak jenis
mikroorganisme. Efektivitas dari setiap bahan antimikroba ini tergantung
pada jumlah yang digunakan, waktu penggunaan dadn
faktor-faktor lingkungan lainnyua seperti pH.
Hal tersebut diatas bervariasi menurut spesies bakterinya.
Cara
Perkembangbiakan bakteri:
Bakteri umumnya melakukan reproduksi
atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah
diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap sel
membelah menjadi dua.
Reproduksi bakteri secara seksual
yaitu dengan pertukaran materi genetik dengan bakteri lainnya.
Pertukaran materi genetik disebut
rekombinasi genetik atau rekombinasi DNA.
Rekombinasi genetik dapat dilakukan
dengan tiga cara yaitu:
1.
Transformasi adalah pemindahan
sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja dari satu sel bakteri ke sel
bakteri yang lainnya.
2.
Transduksi adalah pemindahan materi
genetik satu sel bakteri ke sel bakteri lainnnya dengan perantaraan organisme
yang lain yaitu bakteriofage (virus bakteri).
3.
Konjugasi adalah pemindahan materi
genetik berupa plasmid secara langsung melalui kontak sel dengan membentuk
struktur seperti jembatan diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya
terjadi pada bakteri gram negatif.